JAKARTA, JNews – Sikapi polemik yang terjadi akibat statmen ketua umum KERABAT (Kerukunan Orang Betawi) Matadi alias Adong, Jalih Pitoeng sesalkan vedeo permohonan maaf secara pribadi beredar luas.

Menurut Jalih Pitoeng, sikap kritis oleh masyarakat, terlebih sebagai pengurus ormas kebetawian, maka sikap yang diambil oleh ketua umum Kerabat merupakan sebuah kewajiban moral dalam mengontrol jalannya pemerintahan dalam hal ini Dinas Kebudayaan yang notabene bersinggungan langsung dengan hal-hal yang bersifat kebetawian.

“Menurut saya apa yang dilakukan bang Adong adalah sebuah upaya kontrol dari masyarakat atas berbagai kebijakan pemerintah sebuah hal yang wajar bahkan wajib sebagai bentuk kecintaannya sebagai anak Betawi” kata Jalih Pitoeng di Balaikota, Selasa (25/07/2023).

“Namun harus objektif dan tidak asal-asalan” imbuh Jalih Pitoeng melanjutkan.

“Saya kemarin masih belum sehat betul. Sehingga tidak dapat mendampingi bang Adong saat memenuhi undangan Kadis Kebudayaan DKI Iwan Henry Wardhana. Sehingga terjadi kekeliruan dalam mengambil sikap” terang Jalih Pitoeng.

Terkait surat permohonan maaf ketua umum Kerabat tersebut, Adong menuturkan bahwa dirinya tidak tahu akan diminta menandatangani surat pernyataan tersebut.

“Saya diundang oleh Kadis, namun saya tidak tahu jika diminta untuk menandatangani surat pernyataan permohonan maaf tersebut” kata Adong, Selasa (25/07/2023).

“Dihadapan Kadis dan beberapa staf nya, ya saya tanda tangani aja jika itu dianggap sebuah kekeliruan sebagaimana yang telah saya sampaikan dibeberapa media” jelas Adong.

“Sebagai manusia biasa, saya menyadari adanya kehilafan dan kekeliruan. Untuk itu saya sudah minta maaf. Namun saya tidak menyangka jika pristiwa tersebut direkam bahkan disebarluaskan vedeo tersebut” pungkas Adong menyesalkan.

Dari pristiwa tersebut, Jalih Pitoeng yang memegang teguh komitmennya terhadap perjuangan pemajuan kaum Betawi, dirinya tetap mendukung siapapun yang diangkat sebagai Pelaksana Tugas jika telah memenuhi syarat dan prosedur sesuai dengan aturan yang berlaku.

“Bagi saya, siapapun yang diangkat sebagai Plt untuk melanjutkan masa tugas pejabat sebelumnya yang berakhir karena pensiun, maka kita dukung penuh. Apalagi pejabat tersebut adalah putra Betawi asli. Karena Dinas kebudayaan tersebut sangat beririsan langsung dengan budaya Betawi” Jalih Pitoeng menegaskan.

“Jika memang memenuhi unsur kelayakan dari berbagai keriteria yang diatur dalam peraturan pemerintah tentang pengangkatan tersebut, jika perlu sebagai calon Kadis pun kita akan dukung putra betawi untuk menduduki jabatan strategis secara kultural tersebut”

“Namun yang paling saya sesalkan adalah bahwa vedeo permohonan maaf atas dugaan adanya kekeliruan tersebut disebarluaskan. Karena sebagai pejabat publik tentunya harus lebih dewasa, arif dan bijaksana dalam mengambil sikap, keputusan maupun tindakan” pungkas Jalih Pitoeng. *(LI)

By Admin

error: Content is protected !!