JAKARTA | JacindoNews – Kehancuran rumah ibadah sudah menjadi tanggung jawab kita semua agama untuk itulah Persatuan wartawan Nasrani Indonesia (Pewarna), Yayasan komunikasi Indonesia dan Senior GMKI pada Jumat, 8 Juli 2022 pukul 14.00 – 17.00 WIB menggelar acara Bedah buku: “Hancur Bangun rumah Ibadah” Pergumulan umat Kristen ditengah masyarakat Intoloren di Gedung Pertemuan Yayasan komunikasi Indonesia, Jakarta Timur.

Para Narasumber dalam Acara Bedah Buku.

Acara di buka pertama kali ibadah syukur dengan menghadirkan Pengkhobah Pdt. Jahenos Saragih, M.Th.,MM dan MC Nelly R. Situmorang, SE , kemudian acara di lanjutkan dengan penyerahan plakat kepada para tokoh yang mempunyai peran penting hingga terciptanya Bedah buku: “Hancur Bangun rumah Ibadah” Pergumulan umat Kristen ditengah masyarakat Intoleran.

Hadir dalam sebagai narasumber bedah buku adalah Romo Benny Susetyo, Staff Ahli Kemendagri RI Tumpak H.Simanjutak, ketua umum PGLII Pdt. Ronny Mandang, Pdt. Henrek Lokra dari PGI, dengan moderator Ashiong Munthe.

Romo Benny Susetyo mengatakan,”Jika saya lihat dari persoalan dasar dari pendirian rumah ibadah terkait dengan deal politik makanya kita umat Kristiani harus mengerti dengan kontek politik global”, ujar Romo Benny

“Dari riset yang sudah banyak saya lakukan yang namanya kaum minoritas banyak di menangkan dan kita juga harus tahu dengan adanya kontek umat Kristiani dan umat non Kristiani,” ungkap Romo Benny.

“Agama juga tidak boleh dibangun dengan kontek politik dan dari buku ini kita sadari harus bisa membangun kesadaran umat Kristiani mulai dari cinta kasih dan mengerti arti dari Pancasila,” tutur Romo Benny.

Tumpak H.Simanjutak selaku Staff Ahli Kemendagri RI mengatakan,”Jika kita bercerita soal pemerintah itu merupakan urusan absolut salah satunya terkait agama karena aama mengakut hak-hak masyarakat”, ujar Tumpak.

“Kita bicara agama itu harus menjadi wewenang pusat tidak bisa tanya ke orang dan jelas dalam buku ini di uraikan dari mulai permasalahan HAM, Undang-undang sampai pancasila,” kata Tumpak

Pdt. Ronny Mandang selaku ketum PGLII mengatakan,”Permikiran pertama saya lihat buku ini adalah Pergumulan umat Kristen ditengah masyarakat Intoleran, jika kita lihat dari yang daerah toleran untuk pembangunan rumah ibadah tidak ada masalah tetapi permasalah suka terjadi dalam pembangunan ibadah adalah daerahnya intoleran”, ujar Pdt. Ronny.

“Yang ditulis dalam buku ini adalah sebuah keprihatian jadi bisa lihat dan baca buku ini permasalahan bukan pada rumah ibadahnya tetapi kepada masyarakat disekitarnya yang intoleran,” ungkap Pdt.Ronny.

Pdt. Henrek Lokra dari PGI mengatakan, “Kita dalam membangun rumah ibadah harus ada komunikasi dengan masyarakat di lingkungan sekitar tetapi kita terkadang harus terjadi terjadi keributan terlebih dahulu baru ada komunikasi dengan masyarakat di lingkungan sekitar”, ujarnya.

“Jika kita membaca buku ini kita harus mempunyai kesadaran dalam beragama dan bertoleransi dengan masyarakat lingkungan sekitar,” tutur Pdt. Henrek. (RK).

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *