JAKARTA | Jacindonews – Kemerosotan ekonomi dan devisit anggaran serta potensi terjadi krisis moneter dibawah menteri keuangan Sri Mulyani, mengingatkan kita kepada detik-detik menjelang runtuhnya kekuasaan Soeharto saat itu.

Dibawah kepemimpinan presiden Jokowi saat ini diketahui hutang yang terus meroket tak bisa dihindari akan membebani pembayaran bunga hutang luar negeri kepada China yang terus meningkat. Bahkan untuk membayar bunga hutang saja harus berhutang kembali.

Pertumbuhan ekonomi melemah, pengangguran bertambah terus membelit pemerintah dibawah kepemimpinan presiden Jokowi saat ini.

Ditambah lagi beban rakyat akibat naiknya PPN (Pajak Pertambahan Nilai), BBM yang selalu diikuti dengan kawan-kawan setianya yaitu kenaikan harga barang kebutuhan pokok bahkan kelangkaan minyak goreng akhir-akhir ini menambah derita rakyat dibawah rezim Jokowi.

Dan satu hal yang sangat vital adalah bila sektor keuangan ikut terusik. Jika sudah menyentuh pada level optimum ketidak percayaan masyarakat terhadap pemerintah dalam hal ini nasabah terhadap bank. Baik bank swasta maupun bank-bank milik pemerintah. Maka situasi itu akan berpotensi terjadi nya Rush Money atau penarikan uang nasabah secara serentak dan besar-besaran.

Pristiwa tersebut pernah dialami oleh bank-bank besar pada akhir pemerintahan Soeharto dimana banyak bank yang kalah kliring. Salah satunya adalah bank Suma milik Astra Group William Suryadjaya kala itu salah satu pemegang saham terbesarnya.

Aktivis betawi yang sempat mengenyam pendidikan ekonomi perbankan ini, Jalih Pitoeng juga mengkhawatirkan akan terulang kembali pristiwa tersebut diakhir kepemimpinan Joko Widodo saat ini.

“Saya khawatir pristiwa 1998 akan terulang kembali. Dan semoga rakyat khususnya umat islam jeli, cerdas dan sigap dalam menyikapi perkembangan politik saat ini” kata Jalih Pitoeng usai memimpin rapat komisaris perusahaan miliknya, Senin (30/05/2022).

“Dimana saat itu juga terjadi krisis moneter, Capital Flight ke negara tetangga dan banyak bank-bank yang jatuh dan runtuh karena kalah kliring ga punya duit” sambung Jalih Pitoeng menerangkan.

Jalih Pitoeng juga menyinggung tentang pandangan pakar ekonomi betawi Ichsanudin Noorsy beberapa waktu silam tentang keuangan umat islam yang hampir setengah dari APBN negara ini.

“Jika kita mengacu pada apa yang disampaikan oleh pakar ekonomi Ichsanudin Noorsy yang dilansir oleh beberapa media, maka saya khawatir ada bank-bank yang akan tumbang berjatuhan” sambungnya lagi.

“Ini persoalan serius lho jika umat islam benar-benar sudah kecewa!” Imbuh Jalih Pitoeng menegaskan.

“Karena selain umat islam sebagai pasar potensial, umat islam juga sebagai nasabah potensial” imbuh Jalih Pitoeng mengingatkan.

Ketua Presidium Aliansi Selamatkan Indonesia (ASELI) yang baru saja menggagas dan menggelar Aksi Akbar Nasional bertajuk “Rakyat Bangkit Bersatu Selamatkan Indonesia” di DPR MPR pada Hari Kebangkitan Nasional pada Jum’at 20 Mei 2022 lalu, Jalih Pitoeng khawatir bisa berpotensi terjadinya capital flight dan rush money.

“Jika umat islam menarik seluruh uangnya dari bank yang jumlahnya diperkirakan kurang lebih 2.567 triliun maka saya menduga kuat akan banyak bank-bank yang tumbang dan berjatuhan karena kalah kliring” ungkap Jalih Pitoeng penuh kecemasan.

“Bahkan bisa terjadi Rush Money seperti 1998 karena terjadi distrust terhadap pemerintahan Jokowi dan bank-bank yang ada. Terutama bank-bank milik para Taipan yang merupakan bagian dari Oligarki saat ini” kenang Jalih Pitoeng.

“Terlebih saat ini umat islam banyak dikecewakan dibawah pemerintahan Jokowi. Mulai dari penegakan hukum, perlakuan terhadap ulama serta beberapa peraturan dan perundang-undangan yang diduga kuat merugikan umat islam” pungkas Jalih Pitoeng. *(LI)

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *