JAKARTA | JacindoNews – Rabu (14/9/2022) – Banyak ungkapan dan pribahasa yang menuntut dan mengajarkan kita pada nilai-nilai etika, bahkan falsafah serta kultur kearifan lokal bangsa juga sangat memperhatikan tutur kata dalam berkomunikasi baik hal komunikasi sosial kemasyarakatan, bisnis maupun politis.
Bangsa ini seakan dipaksa masuk dalam zone merah komunikasi antar anak bangsa yang mulai meninggalkan ajaran-ajaran kesopanan dan tatakrama komunikasinya sedikit demi sedikit, bahkan figur legislatif yang menjadi wakil masyarakat pun acap kali berlaku dan bertutur kata melebihi atau diluar ekspektasi harapan masyarakat yang mencerminkan sosok wakil rakyat, hal ini berulang kali terjadi, bahkan mirisnya salah satu partai berulang kali melakukan perbuatan tersebut dengan figur yang berbeda, seakan tidak pernah mengambil pelajaran atau suritauladan dari peristiwa sebelumnya, lantas masih pantaskah partai tersebut dikatakan sebagai manivestasi suara rakyat.
Peristiwa diluar etika dari Effendi Simbolon legislator PDIP saat Sidang Umum Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi I DPR RI dengan Menhan, Panglima TNI dan jajaran kepala staf TNI sungguh telah mencoreng etika dan kultur para elit legislatif dengan mengatakan Institusi Keamanan dan Pertahanan Negara yang jelas sumbangsih, pengorbanan dan historikal nya dalam perjalanan bangsa ini dengan sebutan “Gerombolan”, bahkan sangat melukai hati dan perasaan bukan hanya anggota TNI itu sendiri akan tetapi para keluarganya bahkan sebagian besar rakyat Indonesia.
Ucapan Effendi Simbolon saat agenda RDP tersebut menuai kecaman dari berbagai pihak dan lapisan masyarakat, yang masih memiliki empati dan nasionalisme, hingga para purnawirawan TNI pun memberikan reaksi keras terhadap Effendi Simbolon dari fraksi PDIP tersebut, dan kali ini reaksi keras disampaikan oleh tokoh militer Jawa Barat mantan perwira tinggi dari Korps Elite Baret Merah Angkatan Darat Mayjen TNI (Purn) Tatang Zaenudin.
Dalam sebuah kesempatan (Rabu, 14/9/22) melalui wawancara elektronik, Mayjen TNI (Purn) H. Tatang Zaenudin yang juga tokoh dari Poros Alternatif mengatakan :
“Prajurit itu Juga Manusia Punya Harga Diri, Mereka Digaji Kecil Tapi Tidak Pernah Mengeluh dan Siap Mati Untuk Rakyat, Bangsa dan Negara. UNTUK ITU SEKALI LAGI SEBELUM BICARA PIKIRKAN DULU DAMPAKNYA, KARENA TNI ITU LEMBAGA NEGARA, PENJAGA KEDAULATAN NEGARA MENGHINA TNI SAMA DENGAN MENGHINA NEGARA.”
TNI yang terlahir dari rahim rakyat, terbentuk dari TKR dan di sah kan pada 5 Oktober 1945 itu jelas serta nyata sumbangsih dan kontribusinya terhadap berdirinya negara ini hingga perjalanan bangsa ini tertulis dengan tinta emas sejarah bangsa dan negara yang tidak dapat dipisahkan pungkas Tatang Zaenudin diakhir wawancara elektronik dengan media. (JacRed)