JAKARTA | Jacindonews – InfoBank group media, salah satu based pemberitaan mengenai dunia ekonomi dan perbankan bekerjasama dengan Akamai Technologies, Inc., perusahaan dari Amerika Serikat yang bergerak dalam bidang produk teknologi informasi mengadakan seminar sehari mengenai produk jasa pendayagunaan era ekonomi digital.

Acara berlangsung pada hari Selasa (19/10/2022), dimulai pukul 09.00 wib, bertempat di Hotel Ayana, MidPlaza, Jakarta. InfoBank sebagai penyelenggara acara seminar memperkenalkan produk baru untuk menyajikan informasi dan pemberitaan berbasis digital. Tema acara “Fighting Ransomware in Digital Economic Era.” Acara berlangsung secara offline (tatap muka) dan online melalui zoom webinar.

Acara dibagi menjadi 4 sesi, yang setiap sesinya menjelaskan mengenai pembangunan informasi berbasis digital. Setiap sesi menjelaskan sesuai bidang seperti keuangan, teknologi informasi, siber dan pemberitaan mengenai perbankan.

Acara dibuka welcome Speech oleh Kartono Mohamad (Deputi Editor in Chief InfoBank Magazine),”Saya mengucapkan selamat datang kepada para narasumber dan para tamu yang hadir dalam acara seminar secara offline maupun online. Kita akan menghadapi masalah perekonomian di tahun 2023 nanti, akibat dampak perang Rusia Ukraina. Ketidakpastian juga bisa menjadi masalah dalam serangan cyber. Indonesia yang paling banyak menghadapi resiko bahaya cyber, ” ujarnya.

“Ketahanan cyber di dunia masih rentan. Resiko politik dan ekonomi juga menjadi isu penting nanti di pertemuan G20 di Indonesia. Hari ini diskusi kita membahas mengenai bagaimana ketahanan cyber di Indonesia bisa lebih kuat, ” pungkasnya.

Triyono Gani (Kepala Group Inovasi Keuntungan Digital Otoritas Jasa Keuangan/OJK) membuka dalam keynote speaker nya, “Kebijakan terkait keamanan cyber di sektor Jasa Keuangan masih perlu di perhatikan. Masalah politik terutama isu perang Rusia-Ukraina menjadi penyebab dari masalah krisis ekonomi di dunia. Ketika kita masuk dalam dunia digitalisasi, kita harus manage, ” ujarnya.

“OJK baru saja menyelesaikan Sistem yang terpecaya untuk masuk dalam dunia digitalisasi. Kita masuk era ini, Indonesia sudah jelas digitalisasi paling maju di Asia Tenggara. Sudah sewajarnya para Otoritas mengerti dan menjaga regulasi dan database. Perilaku dan model bisnis baru ketika memasuki era baru dampak dari Covid 19 menjadikan perubahan perilaku. Sistem e-commerce meningkat penggunaan dalam sistem digitalisasi. Usaha yang dilakukan oleh OJK saat ini antara lain mempersiapkan certified authority untuk industei jasa keuangan, mempersiapkan pusat Pelaporan, mempersiapkan cyber threat intelligence sektor keuntungan dan menerapkan standarisasi ISO,” pungkas nya.

Kamal Ahsyan, dari PT. Bank Syariah Indonesia memaparkan,”Semua sistem dari sisi bank syariah, kita sudah masuk dalam digital ecosystem. Kita membagi digital service sebagai bank syariah adalah preserve spiritual needs, chaneling social welfare dan cros platform, ” pungkasnya.

“Kami lahir di masa pandemi (tahun 2021-red). Pertumbuhan sistem mobile banking kami semakin meningkat. Tipe transaksi yang kami support mengalami pertumbuhan. Dari sisi finansial berkontribusi pada post fee based income. BSI di area digitalisasi berupaya untuk menguatkan end to end approach (pendekatan) to manage cyber risk (managerial resiko siber). Kita juga bentuk cyber security yang handal kedepan nya dan kita harus mengikuti regulasi yang berlaku dalam industri perbankan dan organisasi di Indonesia,” pungkas nya.

Pratama D Persadha, pakar Siber dan Chairman CISSRec (Communication & Information System Security Research Center) mengatakan dalam paparan materinya, “Kasus kebocoran data bisa saja terjadi dalam jumlah size data yang sangat besar. Sistematika Sekurity masih ada kelemahan. Haeker (peretas) semakin hari semakin canggih. Kita harus mengetahui bagaimana serangan siber terjadi jika di lingkungan pekerjaan kita. Kita harus mempunyai sistem pertahanan yang kuat.

Setelah undang-undang perlindungan data disahkan, maka akan ada hukuman baik perdata maupun pidana. Kalau kita masih konvensional untuk security nya, bisa berbahaya,” pungkas nya.

“Ransomware yang terjadi membuat kita harus membuat sistem pengamanan yang kuat. Serangan Ransomware di Indonesia tertinggi di Asia Tenggara. Pihak yang tidak bertanggung jawab bisa menyewa untuk melakukan penyerangan di dunia siber. Indonesia lemah dalam keamanan siber. OJK harus memiliki sistem kolaborasi ditiap bbank-bank, Jangan sampai lembaga keuangan kita terkena ransomware, gunakan teknologi yang baik” ujarnya.

Hanjaya Febryanto (Major Accounting Exsecutive Akamai Technologies, “Akamai merupakan penyedia siber security di berbagai sektor. Dari hasil studi kami. Web aplikasi yang mendapatkan serangan ada 6, 31 juta serangan. Kami sudah menganalisa serangan aplikasi komputer, seperti di aplikasi yang sering kita pakai. Ransomware terjadi di setiap per 11 second / detik selama 7 hari dengan rata-rata 35 % data hilang, ” jelasnya.

“Segmen perusahaan midle dan midle up sasaran empuk serangan ransomware, jauh lebih rentan kebobolannya. Yang bisa kita lakukan adalah critical Areas of a Zero Trust Approach, pertama verifikasi, mengamankan akses dan men stop pergerakan sistem. Microsegmentation adalah acara untuk membangun sistem didalam aplikasi. Akamai siap bekerjasama untuk membangun sistem keamanan dalam penggunaan aplikasi digitalisasi, ” ujarnya.

Acara diakhiri dengan tanya jawab dan pemberian penghargaan kepada para narasumber serta sesi photoshoot bersama. (JN).

By Admin

error: Content is protected !!