JAKARTA | Jacindonews – Tahun 2023, tepatnya pada tanggal 20 April, masyarakat dan pengamat di Indonesia bisa menyaksikan Gerhana Matahari Hibrida dalam hal ini Gerhana Total. Gerhana Matahari Hibrida diperkirakan terjadi pada akhir Ramadhan 1444 H tersebut adalah perpaduan dari gerhana Matahari Total dan gerhana Matahari Cincin.

Fenomena dari gerhana Matahari Hibrida akan menyebabkan perubahan suhu, kondisi langit termasuk perubahan perilaku hewan.

Untuk menghadapi terjadinya gerhana Matahari Hibrida, Pusat Hidro-Oseanografi Angkatan Laut (Pushidrosal) menyiapkan Ekspedisi Jala Citra 3-2023 di perairan Laut Flores, Rabu (29/3/2023).

“Ekspedisi ini akan berlangsung hingga 28 Mei mendatang, yang diikuti sekitar 90 peneliti dari 22 perguruan tinggi dan empat lembaga pemerintah. Tujuan utamanya memetakan potensi di bawah laut terutama perilaku hewan bawah laut saat terjadi gerhana Matahari Hibrida,” kata Kolonel Laut (P) Priyo Adi Saputro selaku Ketua Panitia Pelaksana Ekspedisi Jalacitra 3 Flores tahun 2023 dan Perwira Pelatihan Pushidrosal TNI AL di kawasan Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta Pusat, Kamis (6/4/2023).

Sebut Priyo ekspedisi yang menggunakan kapal riset KRI Spica-934 itu bertujuan untuk melihat potensi sekaligus risiko di wilayah riset.

“Ekspedisi dibagi menjadi empat etape penelitian di laut dan satu etape di darat. Tiap-tiap etape akan meliputi aspek hidrografi, oseanografi, geologi, geofisika, meteorologi, geososial, dan pertahanan keamanan. Data kelautan yang tepat dari hasil ekspedisi dinilai akan sangat mendukung proses penelitian dan pembangunan, salah satunya fenemona gerhana Matahari Hibrida,” tuturnya.

Menurut Priyo, pada saat gerhana Matahari hewan atau mamalia itu akan sunyi dan diam, karena hewan menganggap kondisi gerhana Matahari yang menyebabkan gelap seperti malam hari.

“Jadi pada ekspedisi ini para peneliti terutama di sekitar Laut Flores dan Pulau Kisar kita turunkan alat-alat kedalam laut yang mendeteksi suara dan bunyi-bunyian di bawah laut. Alat tersebut semacam hidrophone yang nantinya data yang dikumpulkan dapat dijadikan untuk operasi praktis dari kapal selam kita. Selain itu data dipakai untuk keperluan ilmu pengetahuan,” paparnya.

Priyo juga mengemukakan bahwa Pushidrosal sendiri dalam ekspedisi tersebut akan melibatkan banyak peneliti agar hasilnya dapat komprehensif.

”Kita bisa berkolaborasi sesuai dengan kapasitas keilmuan dari para peneliti itu untuk mendapatkan data terkait Gerhana Matahari,” tandas Priyo. (JN).

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *