JAKARTA | Jacindonews – Pemilihan Presiden yang sudah ditetapkan pada 14 Februari mendatang oleh KPU RI telah meramaikan kancah politik secara nasional.
Banyak kegiatan sosialisasi Bacapres serta Deklarasi dukungan terhadap beberapa Bakal Calon Presiden terus dilakukan. Baik di Jakarta maupun diberbagai kota lainnya di Indonesia.
Sebut saja relawan dan simpatisan Anies Baswedan yang jauh-jauh hari sudah mendeklarasikan dukungannya terhadap sosok yang mengusung tema perubahan. Walaupun belum nyata secara verbal perubahan seperti apa yang dimaksud.
Demikian pula halnya dengan Bacapres Ganjar Pranowo yang diusung oleh partai dengan peroleh suara terbesar pada pemilu 2019 yaitu Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.
Hanya Prabowo Subianto yang hingga saat ini masih belum gencar melakukan sosialisasi dan deklarasi. Bisa dibilang paling minim dengan kegiatan deklarasi. Mungkin mesin partai masih menunggu waktu yang tepat sekaligus menghormati jadwal pemilu yang telah ditetapkan mengenai jadwal kampanye.
Bakal calon presiden dari partai Gerindra ini lebih fokus menyelesaikan tugasnya sebagai pejabat negara yaitu menteri pertahanan Republik Indonesia termasuk menyikapi perkembangan politik dunia.
Selama menjadi menteri, Prabowo telah banyak melakukan berbagai trobosan dalam departemen yang dipimpinnya.
Mulai dari peningkatan sistem pertahanan negara, meningkatkan anggaran guna kesejahteraan prajurit TNI hingga mengembangkan produksi Kendaraan Taktis (Rantis) karya anak negeri yang diberi Label “Maung” dan menampilkannya pada pameran internasional diluar negeri hingga berperan aktif mengambil bagian upaya perdamaian pada perang Rusia dan Ukraina.
Demikian juga halnya dengan Anies Baswedan. Dirinya sudah jauh-jauh hari melakukan safari politik keberbagai daerah.
Ganjar juga demikian dan tak mau ketinggalan. Bacapres dari partai PDIP ini terus melakukan sosialisasi keberbagai daerah. Mulai dari kantong-kantong suara pemilih PDIP dan pondok-pondok pesantren, juga banyak menjumpai para ulama dan kiyai diberbagai daerah.
Bacapres yang kerap mendapat kecaman karena diduga membenarkan orang dewasa menonton film biru, Ganjar juga banyak memanen pujian dari para pendukungnya.
Namun akhir-akhir ini dalam proses kandidasi, rakyat seakan dibuat gamang dalam menanti para pasangan calon atas penentuan calon wakil presidennya.
Prabowo yang memiliki modal besar secara elektoral pada pilpres 2019, rupanya masih teramat tenang dan sangat percaya diri menghadapi dinamika politik menjelang pilpres 2024 saat ini.
Bacapres yang telah mengukir prestasi secara nasional maupun internasional ini tidak banyak melontarkan statmen-statmen dan narasi-narasi yang menghipnotrafi rakyat sebagai calon pemilihnya.
Mungkin karena tentara yang melatarbelakangi kehidupan serta membentuk karakternya sehingga lebih banyak bekerja ketimbang berbicara, Prabowo masih sangat meyakini bahwa para pemilihnya masih tetap konsisten untuk mendukung dan memilihnya pada perhelatan pilpres 2024 yang akan datang.
Demikian pula halnya Ganjar Pranowo yang sering di bully. Sebagai bakal calon presiden yang diusung oleh PDIP inipun tidak boleh dianggap sepele. Karena secara faktual PDIP merupakan partai besar sekaligus peraih suara terbanyak pada pemilu 2019 lalu serta memiliki konstituen yang militan dan konsisten.
Sementara diantara kerumunan euforia, Anies Baswedan saat ini sedang mengalami kegamangan dan guncangan. Disamping koalisi perubahan yang terus mengalami cobaan, Anies juga banyak yang mengkhawatirkan tidak lolosnya menjadi kandidat calon presiden.
Ditetapkannya Jhony.G. Plate sebagai tersangka serta ditahan oleh KPK karena kasus mega korupsi BTS senilai 8 triliun rupiah tersebut, seakan melumuri kotoran pada partai NasDem yang selalu menggaung-gaungkan jargon Restorasi dan partai yang sangat Anti Korupsi.
Penangkapan tersebut juga sangat berdampak pada Anies yang kerap merangkai diksi dan narasi yang nyaris menghipnotrafi pendengarnya. Terutama tentang perubahan dan anti korupsi.
Terlebih sebagaimana diketahui bersama disaat partai Demokrat tersandung kasus Hambalang. Metro tv yang erat sekali korelasinya dengan Surya Paloh dan partai NasDem, hampir setiap hari menampilkan iklan ‘Katakan Tidak Pada Korupsi’ yang dapat diartikan sebagai peringatan atas korupsi yang dilakukan oleh para petinggi partai Demokrat kala itu.
Jadi, ketiga kandidat presiden tersebut sama-sama memiliki peluang dan tantangan. Dimana ketiganya memilki banyak dukungan, ada juga yang harus menghadapi berbagai tantangan. Terutama Anies Baswedan. Dimana salah satu partai pengusungnya yaitu NasDem sedang mengalami sorotan tajam akibat salah satu kadernya terjerat Korupsi yang maha dahsyat dengan angka yang sangat pantastis.
Salah satu aktivis kelahiran tanah Betawi yang sempat masuk bui karena kegigihannya menolak dugaan pemilu curang pada pilpres 2019, Jalih Pitoeng mengatakan bahwa dirinya akan absen kali ini.
“Saya absen dulu kali ini” kata Jalih Pitoeng singkat.
Jalih Pitoeng juga menyampaikan bahwa dirinya tidak akan membentuk tim relawan seperti halnya pada pilpres 2019 lalu. Dimana Jalih Pitoeng dan Eggi Sudjana sebagai pucuk pimpinan Relawan Nasional Prabowo-Sandi (RNPAS).
“Kali ini saya tidak akan melibatkan diri dan membentuk tim relawan seperti RNPAS dulu bersama bang Eggi Sudjana” kenang Jalih Pitoeng menegaskan, Kamis (15/06/2023).
Ditanya siapa kandidat presiden yang paling baik dan paling tepat untuk dipilih, Jalih Pitoeng menjawab dengan bijak.
“Ketiga-tiga nya juga baik. Mereka adalah putra terbaik bangsa yang saat ini dipilih oleh koalisi partai menjadi Bacapres” jawab Jalih Pitoeng.
“Namun ini kan masih Bacapres. Belum secara resmi ditetapkan menjadi Capres oleh KPU. Sabar dulu lah jangan terlalu tergesa-gesa. Karena politik itu sangat dinamis sekali” kata Jalih Pitoeng.
Terkait fenomena adanya kekecewaan sebagian pendukung kepada Prabowo karena bergabung dengan rivalnya yaitu Joko Widodo, Jalih Pitoeng menanggapinya secara bijaksana.
“Awalnya saya juga sangat kecewa. Bahkan saya salah satu orang yang mendukung aksi unjuk rasa emak-emak didepan kediaman Prabowo Subianto di Jl. Kertanegara, Kebayoran Baru Jakarta Selatan kala itu. Tapi rupanya Prabowo ingin membuktikan jiwa ksatria dan kenegarawanannya demi keutuhan bangsa sekaligus mengikis potensi perpecahan sesama anak bangsa” ungkap Jalih Pitoeng.
“Disamping itu saya meyakini banyak hal yang diketahui oleh Prabowo yang tidak kita ketahui. Jika kita ketahui, mungkin kita akan lebih dapat mengerti, memahami, dan memakluminya” papar Jalih Pitoeng.
“Lagi pula didalam membangun sebuah negara Indonesia yang besar ini sangat dibutuhkan kerjasama seluruh elemen bangsa. Dan tidak boleh memelihara kebencian pasca pemilihan umum” lanjut Jalih Pitoeng.
Sosok aktivis dari tanah Betawi yang sempat memimpin aksi Makzulkan Jokowi dan juga sering memimpin aksi-aksi unjuk rasa penolakan pemilu curang hingga penegakan hukum atas korban akibat aksi penolakan pemilu curang pada 21-22 Mei 2019 ini menuturkan apa yang pernah dialaminya yaitu kriminalisasi terhadap dirinya tentang tuduhan terhadapnya sebagai orang yang telah merencanakan “Penggagalan Plantikan” presiden Jokowi pada Oktober 2019 silam.
“Setelah saya mengalami rangkaian pristiwa mulai dari penangkapan, pemeriksaan, penyidikan hingga fakta persidangan dan menjadi tahanan politik, baru akhirnya saya menyadari bahwa banyak hal-hal dan pristiwa yang terjadi diluar nalar kita sebagai manusia” kenang Jalih Pitoeng menyesalkan.
“Sehingga rasanya, banyak hal dan pristiwa serta problematika yang dialami oleh Prabowo Subianto” Jalih Pitoeng mengingatkan.
“Maka bagi saya, siapapun yang akan menjadi presiden nanti, harus kita hormati, kita hargai dan kita dukung. Namun sebagai aktivis, saya akan tetap konsisten mengkritisi berbagai kebijakan pemerintah yang dirasakan tidak pro rakyat. Singkatnya, siapapun presidennya, Jalih Pitoeng akan menjadi Pendemo nya” pungkas Jalih Pitoeng seraya tersenyum simpul. (**).