JAKARTA | Jacindonews – Penyakit Kusta adalah penyakit kulit menular yang sudah ada sejak dahulu kala. Sempat menjadi perbincangan orang banyak jaman dahulu, bahwa penyakit kusta ada penyakit kutukan dan tidak dapat disembuhkan, sehingga para penderita nya merasa dikucilkan dari lingkungannya.

Namun, pandangan bahwa kusta sebagai penyakit kutukan dan tidak dapat disembuhkan tidak benar. Melalui perkembangan dan kemajuan medis, penyakit kusta dapat disembuhkan. Oleh karena itu, perlunya ada informasi yang tepat dan akurat mengenai orang yang pernah mengidap kusta, pencegahan dan juga informasi mengenai kusta yang dapat disembuhkan.

Hal inilah yang disuarakan oleh Netherland Leprosy Relief atau  NLR, merupakan organisasi nirlaba Internasional yang berjuang dalam penanggulangan penderita penyakit kusta. NLR berkembang berbagai negara di dunia. NLR Alliance didirikan oleh Dr. Dick Leiker dan Ciska Anten di Netherland (Belanda) 30 Maret 1967.

Di Indonesia, berdiri NLR Indonesia, sebuah yayasan nirlaba dan non-pemerintah yang memusatkan kerjanya pada penanggulangan kusta dan konsekuensinya di Indonesia. NLR Indonesia memiliki slogan: “Hingga kita bebas dari kusta.”

Oleh karena itu, NLR Indonesia bekerjasama dengan Kantor Berita Radio atau KBR, ingin memberikan informasi lebih lengkap mengenai penanganan penyakit kusta melalui media massa. Acara berupa Media Gathering NLR Indonesia Jurnalis Warga, dengan tema “Mengemas Kusta Menjadi Berita.”

Acara berlangsung pada hari Jumat (11/08/2023), pukul 13.00 wib hingga 17.00 wib, bertempat di Verse Luxe Hotel, jalan Wahid Hasyim, Jakarta Pusat.

Sebagai narasumber dalam acara ini antara lain, Paulan Aji (Communications Officer NLR Indonesia), Amirullah (Orang Yang Pernah Menderita Kusta/OYPMK), Uyung Pramudiarja (Redaktur Pelaksana DetikHealth), dengan moderator Citra Dyah Prasasti (Pemimpin Redaksi KBR).

Paulan Aji (Communications Officer NLR Indonesia), “NLR Indonesia sudah menjadi Yayasan sejak 2018 dan sudah bekerja di 12 provinsi, juga sebagai anggota NLR Alliance yang berkantor pusat di Belanda. Kami memperjuangkan hak penderita penyakit kusta, pemenuhan hak anak dan anak muda penyandang disabilitas akibat kusta, ” ujarnya.

“Program NRL Indonesia adalah Pendekatan Program 3 Zero (nihil Transmisi, nihil Disabilitas, nihil Eksklusi), penghapusan stigma dan peningkatan kesejahteraan mental kepada penderita kusta. Penyakit kusta adalah penyakit infeksi kronis namun dapat disembuhkan, terutama menyebabkan lesi kulit dan kerusakan saraf hingga sembuh dan bebas dari kusta,” jelasnya.

Kusta disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Leprae. Data Nasional 2022 Kemenkes per April 2023, kasus baru kusta 12.441, kasus anak 1.226, kasus disabilitas tingkat II : 791.”Stigma yang salah selama ini mengenai penyakit kusta, maka kita ingin media menyuarakan isu kusta, bahwa kusta bisa disembuhkan dan bukan penyakit kutukan. Juga media bisa menampilkan tulisan dan berita positif mengenai kusta,” pungkasnya.

Uyung Pramudiarja (Redaktur Pelaksana DetikHealth), “Dalam mengemas kusta menjadi berita, butuh pemahaman khusus. Sensitifitas masih terjadi dikarenakan kusta masih dibayangi mitos dan stigma negatif, ” ujarnya.

Uyung menambahkan ada beberapa langkah dalam penulisan mengenai kusta, seperti Diksi yang Empat (pemilihan kata-kata yang sesuai dan tidak menyinggung negatif perihal kusta), tantangan menuliskan kusta jadi berita (perlu variatif menjadikan isu populer), Mempopulerkan isu kusta (dengan metode kedekatan, kekinian mengenai kusta, mengangkat masalah, bertemu dan mengetahui problema langsung ke pengidap kusta), Peliputan dan penulisan berita kusta (memperhatikan kode etik jurnalistik kesehatan, berimbang dan memastikan isu kesehatan yang harus dipahami sebelumnya).

Amirullah, Orang Yang Pernah Mengalami Kusta menceritakan pengalaman nya dalam menghadapi kusta.”Tahun 2009 akhir saya terdeteksi mengidap kusta tipe basah. Respon pertama, awalnya seperti dunia runtuh, down diri saya, mempertanyakan diri sendiri, ” ujarnya.

“Perlu ada perawatan diri yang kurang bersih, bisa membuat kita bisa terkena kusta. Namun keluarga saya, istri dan anak semuanya mendukung saya untuk dapat berobat dan pasti sembuh dari kusta tersebut. Saya menjadi termotivasi, kemudian saya mencari tahu informasi mengenai kusta, hingga saya terus berobat. Setelah mulai sembuh, saya kembali check laboratorium, akhirnya sembuh. Rasa kecil hati OYPMK akibat stigma yang negatif sejak dulu mengenai kusta, harus kita hapuskan. Perlu dukungan moral dan empati bagi OYPMK, sehingga mereka memiliki semangat hidup untuk dapat sembuh, ” kata Amirullah.

Melalui kerjasama Radio KBR dengan kerjasama di 105 jaringan Radio di Indonesia bersama NLR Indonesia, akan terus menyuarakan isu kusta dan aware dengan memajukan SUKA (Suara Untuk Indonesia Bebas Kusta). Juga perlu melibatkan tokoh-tokoh masyarakat, agama, dalam memberikan penjelasan mengenai hal positif bahwa kusta bisa disembuhkan. (JN).

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *