–ilustrasi—-

JAKARTA | JacindoNews – Musim semi secara alamiah adalah musim dimana bunga-bunga mulai tumbuh dan bermekaran, disambut suka cita oleh rakyat di negeri yang memilikinya, namun berbeda di negeri kita dimana musim semi makar berakhir dengan sangat amat singkat, hanya dua hari, dan tragis bagi para pelakunya dibalik layar.

Hanya saja pemerintah masih menjaga kondusifitas keadaan dan suasana kebathinan rakyat yang sebagian masih terkejut dan terkesima bahwa ada upaya sangat jahat untuk menggulingkan pemerintahan yang sah setelah disampaikan langsung oleh presiden dan karenanya rakyat pun mahfum termasuk para mahasiswa yang tergabung dalam BEM-SI untuk menunda demo dan menyampaikan aspirasi langsung lewat perwakilan ke DPR yang dikenal dengan tuntutan 17-8 itu.

Prabowo menegaskan bahwa beliau akan terus maju memimpin bangsa ini karena rakyat ada bersamanya, ada dibelakangnya, dan hal itu memang tercermin dari naiknya popularitas presiden pasca penanganan korban dan situasi yang terkendali. Rakyat banyak menaruh harapan pada kepemimpin presiden ke delapan ini.

Meskipun demikian penanganan terhadap tuntutan para mahasiswa dan rakyat yang cenderung lebih diarahkan kepada DPR perlu mengambil langkah-langkah yang komprehensif khususnya bagaimana para Menteri terkait sebagai pembantu utama Presiden dapat menjadi inisiator dalam pembahasan RUU yang ditarget sekaligus komunikator yang baik kepada para pihak di masyarakat akademik maupun intelektual, serta aktivis-aktivis yang menantikan hasilnya.

Segala sesuatunya apalagi menyangkut perbaikan sistem dan aspek struktural pemerintahan memang memerlukan waktu, tetapi melihat bagaimana dalam kurun waktu sepuluh bulan saja sebuah komplotan petualang politik telah berkonspirasi dengan tujuan utama pergantian pemerintahan sangatlah jelas dan tidak lagi dapat disembunyikan bahwa bangsa dan negara Indonesia saat ini tengah menghadapi pergumulan antara kebaikan dan kejahatan.

Adalah mudah untuk melakukan riset dan analisis terhadap gangguan yang sangat serius untuk menelusuri secara terbalik, yaitu siapakah yang akan mengambil keuntungan bila konspirasi itu menang, siapa yang akan memimpin, siapa saja anggota kabinet yang akan tetap, bagaimana sistem pemerintahan akan diselenggarakan sungguh menjadi lebih jelas dan gamblang pada akhirnya.

Komplotan ini sudah pasti ada dalam lajur formal dan non formal, dimana yang non formal biasanya menjadi arsitek perancang gerakan hingga cara pengambil alihan kekuasaannya dan yang lajur formal adalah selaku fasilitator dari setiap tahapan gerakan, mencakup pengendalian di lembaga legislatif, yudikatif dan eksekutif tentunya serta peranan pendukung dari kalangan elite yang memang sejak lama antipati pada presiden Prabowo hingga ke eksekusi perubahannya.

Tadinya mereka ingin membangun narasi “baru sepuluh bulan saja rakyat sudah tidak suka, sudah dibuat susah, rakyat sudah antipati” dan sejenisnya, tetapi yang kita saksikan justru sebaliknya, mereka kini mungkin bukan panik namun mencari cara licik untuk membantah dan berpura-pura bersahabat, padahal ada informasi ada kalangan elite kategori Forbes telah dibisiki akan adanya penggantian presiden bahkan sekitar dua minggu sebelumnya, bila benar maka sungguh riskan dan rentan sekali komplotan petualang politik ini.

Tidak ada jalan selain bersihkan, tertibkan dan sesuaikan selagi musim semi makar ini berakhir dan berada di musim gugurnya untuk tiarap hingga musim dingin sebelum musim panas makarnya akan berusaha menggeliat lagi. Jangan sampai terjadi karena saat itu Indonesia sudah banyak sekali kemajuan yang dirintis, diprakarsai dan dilaksanakan oleh Presiden pilihan rakyat, Prabowo Subianto, maka ketegasannya selalu dinanti-nantikan sebagai sebuah keniscayaan.

**Adian Radiatus

By Admin

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!