JAKARTA | JacindoNews – Harga rumah sekunder nasional stagnan pada November 2025, sementara suplai turun
0,3% imbas pola wait-and-see akhir tahun. Tangerang, Jakarta Selatan, dan Jakarta Barat menjadi lokasi pencarian tertinggi berkat
akses mobilitas yang kuat dan fasilitas kawasan yang semakin berkembang.
Adanya inflasi yang lebih tinggi dari pertumbuhan harga rumah serta penurunan suplai menandakan fase penyesuaian pasar menjelang 2026.
Menjelang akhir tahun, pasar hunian sekunder di Indonesia menunjukan pergerakan yang lebih tenang. Berdasarkan Flash Report Desember 2025 by Rumah123, harga rumah secara nasional tercatat stagnan pada November 2025, sementara suplai turun 0,3% secara bulanan. Secara tahunan, harga mengalami kontraksi
tipis sebesar 0,2%, jauh di bawah tingkat inflasi 2,72%. Kondisi Ini menunjukkan
kecenderungan sikap konsumen dan pemilik properti yang berhati-hati dalam mengambil
keputusan besar, menanti arah pasar di awal 2026.
Sebagai marketplace properti nomor satu di Indonesia, Rumah123 terus menyajikan analisis berbasis data yang membantu masyarakat dan pelaku industri memahami dinamika pasar hunian secara akurat.
Melalui Flash Report, Rumah123 memantau perkembangan harga dan suplai berdasarkan jutaan listing properti sekunder dari berbagai kota di Indonesia.
Meski harga relatif stabil, minat pencarian hunian tetap kuat dan bahkan menguat di beberapa wilayah utama yang menawarkan kemudahan akses dan kualitas hidup tinggi. Tangerang menjadi lokasi paling diminati dengan kontribusi 14,3% dari total pencarian nasional, didukung jaringan tol utama, konektivitas ke pusat bisnis Jakarta Barat dan Selatan, serta perkembangan pesat di koridor BSD-Alam Sutera-Gading Serpong. Jakarta Selatan menyusul dengan porsi pencarian sebesar 12,2% berkat sistem transportasi
lengkap mulai dari MRT hingga simpul-simpul tol strategis yang menghubungkan kawasan bisnis dan residensial. Jakarta Barat juga semakin diminati dengan 10,9% pencarian berkat akses strategis menuju pusat bisnis CBD, Tangerang, dan munculnya klaster hunian baru yang menawarkan opsi rumah vertikal maupun landed dengan fasilitas kota yang terus bertumbuh.
Dilihat dari pergerakan harga, dinamika antar kota cenderung berbeda. Bandung mencatat kenaikan bulanan tertinggi sebesar 1,0%, disusul Jakarta sebesar 0,2%. Secara tahunan, Denpasar memimpin pertumbuhan harga dengan 3,4%, diikuti Medan dan Bekasi dengan kenaikan masing-masing 2,1% dan 1,5%. Penurunan suplai secara tahunan mencapai 8,6%, mengindikasikan bahwa banyak pemilik properti memilih menunda pemasangan listing hingga memasuki tahun yang baru.
Perbedaan pola juga muncul pada segmen ukuran hunian. Rumah berukuran kecil di pusat kota masih mencatat lonjakan permintaan dan nilai, seperti segmen rumah ≤60 m² di Jakarta Pusat yang tumbuh 28% secara tahunan. Bekasi mengalami peningkatan permintaan pada rumah tipe menengah, sementara Yogyakarta mempertahankan permintaan kuat untuk rumah berukuran besar.
Head of Research Rumah123, Marisa Jaya, menjelaskan “Stagnasi harga dan penurunan
suplai pada akhir tahun bukan pertanda melemahnya permintaan, melainkan konsumen yang menunggu momentum tepat untuk mengambil keputusan. Di sisi lain, tingginya pencarian di Tangerang, Jakarta Selatan, dan Jakarta Barat menunjukkan bahwa kawasan dengan mobilitas tinggi tetap menjadi pusat gravitasi pencari hunian,” jelasnya.
Marisa menambahkan bahwa sejumlah kota tetap menunjukkan ketahanan harga yang
menarik. “Beberapa kota seperti Bekasi, Medan, dan Denpasar berhasil mempertahankan tren kenaikan harga yang menarik di tengah perlambatan nasional. Dengan tren penurunan suku bunga dan ekspektasi stabilitas ekonomi pada 2026, pasar hunian memiliki peluang untuk
kembali bergerak lebih dinamis,” ujarnya.
Mengakhiri 2025, pasar hunian Indonesia menunjukkan karakter konsumen yang semakin selektif, dengan preferensi yang semakin mengutamakan mobilitas dan penguatan minat di kawasan berinfrastruktur mapan. Kombinasi ini memberi dasar yang solid untuk menyongsong 2026, ketika berbagai indikator ekonomi diperkirakan bergerak menuju kondisi yang lebih stabil. (Jn).
