JAKARTA | Jacindonews.com – Keterangan terdakwa Teddy Minahasa dalam dupliknya pada persidangan dirinya menjadi perhatian para pemburu keadilan.

GNPR (Gerakan Nasional Pembela Rakyat) menggelar acara halal bihalal sekaligus melakukan konsolidasi dalam menyikapi berbagai persoalan bangsa saat ini dibilangan Jakarta Selatan, Rabu (10/05/2023).

Acara tersebut dihadiri oleh pimpinan Aksi GNPR, Buya Husein dan Very Kustanto, Habib Muhammad Al Atthos selaku ketua umum FPI, ketua GNPF Yusuf Martak dan Uus Sholahudin selaku Sekjen PA 212 mewakili ketua umum KH. Abdul Kohar Al Qudsy yang berhalangan hadir karena sedang berada ditanah suci.

Selain para pimpinan ormas islam tersebut, konsolidasi dan halal bihalal itupun dihadiri para pimpinan ormas dan beberapa tokoh, advokat Deddy Suhardadi, Noval Bamukmin serta pengamat sosial seperti Rizal Fadillah dan aktivis.

Demikian juga tak ketinggalan para emak-emak. Baik dari wilayah Jabodetabek bahkan dari Bandung.

Ketua presidium ASELI (Aliansi Selamatkan Indonesia) Jalih Pitoeng, ketua Umum PEJABAT (Pengacara dan Jawara Bela Umat) Eka Jaya, pengamat sosial sekaligus wartawan senior Rizal Fadillah serta Buyung Ishak mewakili para akademisi dari IKB UI (Ikatan Keluarga Besar Alumni Universitas Indonesia), termasuk Wati Imhar dari Emak-emak ASPIRASI.

Acara halal bihalal sekaligus rapat konsolidasi para aktivis, advokat, ulama, habaib dan beberapa pimpinan ormas tersebut juga membahas tentang rencana aksi unjuk rasa yang akan digelar minggu depan.

Aksi unjuk rasa yang diagendakan pada Rabu 17 Mei tersebut memiliki agenda tunggal yaitu menuntut tragedi KM 50 diusut tuntas.

Sebelumnya diketahui sebagaimana dilansir diberbagai media, Teddy Minahasa sempat menyinggung masalah CCTV yang ada di kasusnya. Dia membandingkan kasus dirinya dengan KM 50 dan juga pembunuhan Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J dengan terdakwa mantan Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo.

Ketika membacakan duplik di depan majelis hakim, Teddy Minahasa menyebut jika CCTV di rumahnya tidak dihilangkan seperti kasus KM 50 dan Ferdy Sambo di kasus Brigadir J.

“Secara psikologis, saya sendiri yang kooperatif dan inisiatif menyuruh penyidik untuk menyita decorder CCTV rumah saya untuk dapat membuktikan apakah paper bag itu saya terima atau tidak,” ujar Teddy di persidangan, Jumat 28 April 2023.

Kemudian Teddy Minahasa menyinggung soal CCTV yang tiba-tiba rusak dalam kasus KM 50 hingga CCTV yang sengaja dirusak dalam kasus pembunuhan Ferdy Sambo terhadap Brigadir J. Agar kebenaran terungkap Teddy Minahasa justru menyerahkan CCTV rumahnya untuk bisa dilihat apa yang sebenarnya terjadi.

“Sebagaimana kasus-kasus yang terjadi sebelumnya. Kasus Kilometer 50, CCTV rusak. Kasus Ferdy Sambo, CCTV juga rusak. Saya tidak merusak CCTV rumah saya, Yang Mulia. Saya justru inisiatif menyerahkan kepada penyidik untuk disita,” ungkap Teddy.

Sementara ketua presidium ASELI (Aliansi Selamatkan Indonesia) Jalih Pitoeng, mengajak seluruh anak bangsa untuk tidak menjadi bangsa pelupa.

“Kami dari ASELI sangat mendukung Aksi Unjuk Rasa ini dalam menegakan keadilan khususnya menuntaskan pristiwa pelanggaran HAM berat yaitu Unlawful Killing terhadap 6 Laskar FPI di KM 50” ungkap Jalih Pitoeng.

“Saya dan kami dari DPR RI (Dewan Persaudaraan Relawan dan Rakyat Indonesia), jauh sebelum 6 Laskar FPI, kami telah menuntut pertanggung jawaban presiden Jokowi terhadap Pristiwa Berdarah Tragedi Kemanusiaan 21-22 Mei di BAWASLU” lanjut Jalih Pitoeng.

“Bahkan dalam setiap aksi unjuk rasa yang saya pimpin selalu menuntut itu. Terutama bagi ananda kita Harun Al Rasyid yang terus kita perjuangkan hingga saat ini” Jalih Pitoeng menegaskan.

Senada dengan Jalih Pitoeng, orang tua almarhum Harun Al Rasyid yaitu Didin Wahyudin yang juga hadir dalam acara tersebut mengharapkan agar kasus kematian anaknya diusut tuntas.

“Selama 4 tahun saya berjuang seperti bertepuk sebelah tangan. Mungkin karena saya ini bukan anggota partai, orang terkenal dan orang kaya, juga bukan anggota organisasi atau ormas” ungkap Didin, Kamis (10/05/2023).

“Sangat berbeda kalau yang di zholimi atau di bunuh itu anak orang kaya atau anggota partai. Tentunya banyak yang membela dan pasti gayung bersambut untuk bersuara” lanjutnya dengan penuh rasa kecewa.

“Tapi Alhamdulillah, masih ada orang seperti Bang Jalih Pitoeng yang selama ini masih terus memperjuangkan sekaligus memberi semangat dan ketegaran pada saya” sambungnya menegaskan.

“Selama ini saya merapatkan diri pada para alim ulama serta bersama para pejuang-pejuang yang istiqomah. Itu semua saya lakukan tak lain hanya agar saya tidak salah jalan dalam melangkah berjuang mencari keadilan” pungkas Didin. *(LI)

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *