JAKARTA | Jacindonews – Menjelang ulang tahun nya yang ke 494 Jakarta tersenyem merekah pada usianya yang semakin dewasa. Jakarta terus bersolek bukan hanya menjadi kota metropolitan, tapi juga terus berbenah untuk menjadi kota dunia.

Sebuah hadiah yang sangat bernilai dari anak-anak Betawi yang mencintai tanah leluhurnya telah memberikan sebuah “Rumah Besar” untuk bernaung dan berteduh bagi seluruh ormas dan masyarakat Betawi serta generasi penerus anak-anak Betawi saat ini dan dikemudian hari.

Peserta Pra Kongres saat Menyanyikan Lagu Indonesia Raya.

Mulai dari kalangan pencinta dan pelestari seni dan budaya, alim ulama, kaum intelektual, aktivis dan pergerakan, kaum akademisi, kaum intelektual, kaum birokrat, kaum milenial hingga kaum marginal dipastikan akan berkumpul di Rumah Besar masyarakat Betawi yang insya akan terbentuk secara formalistik pada 9 Juni 2023 yang akan datang dalam kongres yang diselenggarakan Majelis Amanah Persatuan Kaum Betawi.

Penampilan Pencak Silat Betawi.

Para kaum intelektual telah mengambil langkah srategis guna menyikapi berbagai persoalan yang timbul dan berkembang secara dinamis disebuah kota metropolitan demi melakukan upaya Rebonding atau perekatan dan penyatuan dari seluruh unsur organisasi kemasyarakatan yang berbasis profesi maupun organisasi yang berbasis massa.

Penampilan Tari Topeng Betawi.

Organisasi profesi dan intelektual seperti Seniman Intelektual Betawi (SIB), Persatuan Mahasiswa Betawi dan lain sebagainya. Kemudian organisasi yang berbasis ekonomi dan bisnis seperti Lembaga Pengembangan Ekonomi Betawi, Serikat Dagang Betawi serta masih banyak yang lainnya.

H. Oding Ketua Stering Comitee Pra Kongres Majelis Amanah Persatuan Kaum Betawi.

Demikian pula organisasi yang berbasis massa yaitu Forum Betawi Rempug (FBR), FORKABI (Forum Komunikasi Anak Betawi) yang baru saja memperingati hari jadinya yang ke 22 tahun.

FBR dan FORKABI merupakan 2 organisasi terbesar berbasis massa yang ada ditanah betawi. Kedua organisasi ini disamping usianya yang semakin dewasa, kedua organisasi tersebut juga kerap kali menghiasi layar kaca televisi Indonesia dengan berbagai problematikanya.

Pra Kongres Majelis Amanah Persatuan Kaum Betawi, Ecovation Hall Ancol, 13 Mei 2023.

Selain kedua organisasi berbasis massa tersebut, kini juga telah hadir organisasi otonom yang dikenal dengan sebutan “Laskar Adat Betawi” dari keduanya. Baik dari Bamus Betawi maupun dari Bamus Betawi 1982. Termasuk juga telah lahir JAJAKA dan organisasi Jawara Betawi yang lainnya.

Kehadiran Majelis Kaum Betawi merupakan sebuah keharusan ditengah derasnya arus informasi, peningkatan tekhnologi dan globalisasi.

Karena kita semua sangat menyadari bahwa walaupun masyarakat Betawi secara teritorial adalah bagian dari wilayah hukum Indonesia secara nasional akan tetapi berdasarkan perkembangan tekhnologi digital, maka mau tidak mau bahwa Betawi juga menjadi masyarakat global.

Sehingga, baik persoalan klasik tentang kebutuhan hajat hidup manusia, banyak persoalan yang mendera hari untuk dipecahkan. Semua persoalan yang timbul dari perubahan dan perjalanan waktu serta pegeseran nilai dan peradaban yang begitu kompleks dapat dipastikan tidak akan mampu kita menyelesaikannya sendirian.

Kita membutuhkan kebersamaan dalam menata, mengelola dan membangun tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara dalam hal ini masyarakat Betawi, kita sangat menyadari arti penting persatuan dan kebersamaan.

Maka kehadiran Majelis Kaum Betawi ini sungguh sangat dirindukan oleh seluruh masyarakan Betawi yang membutuhkan naungan, pengayoman, pembelaan dan perlindungan didalam semua aspek kehidupan.

Bang Jalih Pitoeng Bersama Ketua Majelis Amanah Persatuan Kaum Betawi H. Marullah Matali.

Mulai dari seni budaya, sosial ekonomi dan politik yang tak bisa dipisah dalam kehidupan. Mendengar pemaparan dan mencemati pemaparan yang disampaikan oleh pimpinan sidang pra kongres kaum Betawi oleh H. Oding dalam sambutannya, maka beruntung, bersyukur sekaligus berbahagialah orang-orang yang menjadi masyarakat kaum Betawi.

Dimana dalam paparannya, dia menceritakan tentang sepak terjangnya dari Aceh hingga Papua bahkan ke negeri jiran Malaysia untuk melakukan study banding guna mendapatkan formulasi yang tepat dan ideal serta cocok bagi masyarakat adat Betawi.

Tidak berhenti disitu, anak Pasar Minggu ini juga terus melakukan kajian-kajian akademik bersama para pakar termasuk tentunya pakar budaya dan sejarah.

Sebagai senior dan mantan pengurus bahkan ketua umum Badan Musyawarah Masyarakat Betawi dirinya tidak sungkan dan membusungkan dada, menelpon penulis untuk menceritakan bagaimana kecintaannya terhadap budaya dan tanah leluhurnya yaitu Betawi.

Mulai tentang seni budaya, sosial, ekonomi, politik bahkan hal-hal yang bersifat iconik atau simbol dan ciri kebetawian. Percakapan malam yang membuat penulis tersentak, kaget dan terharu sekaligus bangga adalah seorang anak betawi, karena kecintaan terhadap tanah leluhur berjuang bolak balik untuk menghadap orang nomor satu pengambil kebijakan dan keputusan di negeri agar ide dan gagasan serta impiannya untuk mengangkat harkat dan martabat kaum Betawi tercapai.

Saat ini, sebagian besar orang, bahkan penulis sendiri hanya tahu bahwa gambar “Penari Topeng Betawi” yang melekat pada uang pecahan 100 ribu itu hanya sebatas tahu. Demikian pula gambar pahlawan Betawi Muhamad Hoesni Thamrin yang melekat pada uang pecahan 2.000 tanpa berpikir yang lain. Bahkan bagi kaum marginal, uang 100 ribuan tersebut untuk mendapatkan nya saja sudah sangat sulit.

Dibalik uang yang selama ini menjadi perburuan bagi semua orang khususnya di Indonesia, ternyata ada tersimpan kisah perjuangan heroik dalam bentuk ide dan gagasan dari kaum intelektual seorang anak Betawi yang sangat membanggakan sekaligus menjadi goresan sejarah yang mampu menginspirasi bagi generasi penerus dimasa yang akan datang.

Demikian pula, apa yang dipaparkan oleh ketua Majelis Amanah Persatuan Kaum Betawi H. Marullah Matali. Selain mantan birokrat dan seorang anak betawi yang saat ini juga menjabat sebagai Deputi Gubernur Bidang Kebudayaan tentunya dirinya sangat mengetahui bahkan memiliki Data Base tentang budaya dan data penduduk kaum Betawi secara akurat.

Dalam sambutanya pada pembukaan Pra Kongres Kaum Betawi pada Sabtu 13 Mei 2023 di Ecovention Ancol Jakarta Utara, sosok yang cerdas, ramah, santun dan berlatar belakang kiayi ini menyampaikan banyak hal.

Mulai dari agama, seni budaya, ekonomi, sosial hingga politik. Soal agama, beliau khawatir kepada anak-anak generasi penerus terhadap arus informasi dan globalisasi.

Demikian pula tentang masalah-masalah sosial yang timbul dimasyarakat. Kemudian disinggung juga ekonomi dan pengembangan usaha dan penciptaan peluang usaha baru. Khususnya bagi masyarakat Betawi.

Terkait permasalahan politik, bukan karena dirinya berlatar belakang kiyai, namun politik yang santun juga menjadi perhatian dalam sambutannya guna mensukseskan pemilu 2024 yang akan datang.

Masyarakat Betawi yang berjumlah kurang lebih 8 juta jiwa atau ekuivalen dengan 28% dari penduduk Jakarta, menurutnya memiliki potensi untuk berbagai kepentingan.

Pra Kongres Kaum Betawi yang dihadiri oleh sebagian besar bahkan hampir seluruh pimpinan dan atau utusan ormas-ormas yang ada ditanah Betawi, baik yang menginduk kepada Bamus Betawi maupun Bamus Betawi 1982 merupakan sambutan hangat dan semarak secara representatif tentang lahirnya Majelis Amanah Kaum Betawi.

Merupakan sebuah kehormatan bagi penulis dimana bisa hadir dalam sebuah pristiwa penting dan monumental yang kelak akan dicatat oleh sejarah tentang pembentukan rumah besar kaum Betawi sebagai warisan terbaik bagi anak cucu dan cicit dikemudian hari.

Karena dengan terbentuknya Rumah Besar kaum Betawi, berarti semua persoalan kehidupan secara regional akan ditampung, diserap, diolah, digodog untuk memberikan jawaban secara solutif.

Kelahiran Rumah Besar Majelis Kaum Betawi bukan tanpa sebab. Sebagaimana yang disampaikan oleh ketua Majelis Amanah Persatuan Betawi H. Marullah Matali tentang keperihatinannya terhadap dinamika yang ada.

Jika beliau menggunakan diksi yang bijaksana yaitu dinamika, disini penulis mencoba dengan diksi dan narasi yang sedikit agak lebih vulgar yaitu atas dasar hukum causalitas bahwa Rumah Besar ini disebabkan salah satunya adalah efek dari perbedaan pendapat dimasa lalu yang berdampak pada polarisasi dan pembelahan organ besar. Sehingga ada Bamus Betawi dan Bamus Betawi 1982.

Sesungguhnya penulis telah melakukan pengamatan dari luar secara observatif sejak belasan tahun yang lalu. Tepatnya disaat Bamus Betawi dibawah kepemimpinan Letjen TNI (Purn) Nachrowi Ramli.

Demikian harum dan sangat berwibawanya nama Bamus Betawi sebagai sebuah badan besar yang menaungi ratusan ormas betawi yang ada dibawah garis komandonya.

Itulah dinamika organisasi. Seiring perjalanan waktu, perubahan musim dan pergeseran nilai, Bamus Betawi didaftarkan pada masa kepemimpinan almarhum H. Lulung di Kementerian Hukum dan HAM yang kemudian terdaftar pada Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum menjadi sebuah ormas. Yang sudah barang tentu harus tunduk dan patuh kepada peraturan dan undang-undang ormas tentunya. Disini penulis tidak ingin memperdebat tentang fenomena tersebut apakah itu sebuah kehilafan, kekeliruan maupun kesengajaan. Akan tetapi itu adalah pristiwa faktual secara empirik yang pernah terjadi.

Yang penulis fahami dahulu bahwa Bamus Betawi adalah sebuah badan atau lembaga adat dimana tempat berhimpunnya berbagai ormas dan lembaga swadaya masyarakat kebetawian seperti yang saat ini akan dibangun yaitu Majelis Permusyawatan Betawi, Majelis Permusyawaratan Kaum Betawi, Majelis Adat Kaum Betawi, atau apapun namanya yang akan diputuskan nanti pada kongres tentunya kita berharap agar majelis tersebut merupakan pusat lembaga permusyawaratan bagi kaum Betawi.

Adapun mengenai simulasi penyebutan beberapa nama “Rumah Besar” tersebut, penulis hanya ingin memberikan sumbangsih secara opsional guna menambah wahana tentang pemilihan nama lembaga yang akan diputuskan secara musyawarah pada Kongres Kaum Betawi pada 9 Juni 2023 mendatang.

Diakhir tulisan ini, saya ingin menyampaikan terimakasih yang setinggi-tingginya kepada para inisiator, konseptor, tim regulasi, panitia, baik panitia pengarah maupun panitia pelaksana, para pimpinan sidang, para pimpinan ormas, para peserta Pra Kongres dan kepada semua pihak yang terlibat didalam membangun Rumah Besarnya orang Betawi yang akan menjadi tempat bersandar, tempat mengadu, berteduh dan mengeluh sekaligus tempat menggantungkan harapan, impian dan cita-cita yang luhur serta mulia.

Terkhusus saya sampaikan terimakasih yang setinggi-tingginya kepada ketua umum SIB (Seniman Intelektusl Betawi) yaitu Bang Tahyudin Aditya yang atas kehendak serta ijin Allah SWT telah mempercayakan dan mengutus saya untuk menghadiri Pra Kongres Majelis Kaum Betawi guna turut beperan serta sebagai anak Betawi untuk mengambil bagian sesuai kemaun dan kemampuan demi membangun dan memajukan Betawi secara berkesinambungan.

Sebagai penutup, dengan kerendahan hati saya mengajak semua saudara-saudari para pimpinan ormas dan lembaga Kebetawian untuk bergabung dan mendukung usaha serta upaya perbaikan sekaligus peningkatan harkat dan martabat kaum Betawi yang kelak akan diimplementasi melalui berbagai program-program yang berorientasi pada peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat kaum Betawi tentunya. Aamiin…!!!

Akhirnya, penulis mengucapkan terimakasih atas segala perhatiannya dan dengan kerendahan hati mohon maaf atas segala kesalahan dan kekeliruannya.(**).

“MAJU untuk BERSATU…!!!”
“BERSATU untuk MAJU…!!!”

Wassalamualaikum,
Warahmatullahi,
Wabaraqatuh,

Jakarta, 15 Mei 2023

**MUHIDIN JALIH PITOENG
Wakil Ketua Umum SIB

By Admin

error: Content is protected !!