JAKARTA, JNews – Seluruh Rakyat Indonesia saat ini mengibarkan bendera setengah tiang sebagai wujud duka nasional sekaligus mengenang kekejaman Gerakan 30 September 1965 yang menewaskan 7 Pahlawan Revolusi.

Duka dan kesedihan tersebut juga menguak luka mendalam bagi seorang pejuang rakyat aktivis kelahiran tanah Betawi Jalih Pitoeng.

Saat dihubungi awak media, presiden ASELI (Aliansi Selamatkan Indonesia) yang memegang teguh komitmen perjuangan rakyat tersebut menceritakan kisah dukanya saat dipenjara bersama-sama dengan almarhum Ir. H. Mulyono Santoso.

“Dulu kami berjuang bersama hingga ke pintu penjara” ungkap Jalih Pitoeng, Minggu (01/10/2023).

“Bahkan lebih dari itu. Kita kehilangan seorang senior yang sangat kami cintai yaitu 2 hari sebelum kami bebas dari dari Penjara, beliau pergi meninggalkan kita” kenang Jalih Pitoeng dengan nada sedih.

“Beliau adalah pendiri Pancasila Centre” imbuh Jalih Pitoeng menegaskan.

Jalih Pitoeng juga menceritakan bahwa almarhum Ir. H. Mulyono Santoso seorang yang sangat mengayomi sekaligus menginspirasi kami para generasi penerus penyelamat Indonesia.

Diketahui, pada oktober 2019 Jalih Pitoeng ditangkap dan dipenjara atad tuduhan merencanakan penggagalan Pelantikan Presiden Republik Indonesia Ir. H. Joko Widodo yang rencananya akan dilaksanakan pada tanggal 20 Oktober 2019.

Jalih Pitoeng, Akbar Hussein, Damar, Iwar, Toto, Ir. H. Mulyono Santoso, Dr. Insanial Burhamzah serta beberapa rekan lainnya terpaksa mendekam dipenjara tua buatan Colonial Belanda di Kota Tangerang dimana penjara tersebut disebut-sebut sebagai tempat dimana si Pitoeng dahulu dipenjara oleh Colonial Belanda pada masanya.

*(LI)

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *