JAKARTA | Jacindonews – Dunia Pendidikan dan Kekristenan merupakan suatu keterkaitan dalam kehidupan umat Kristiani, khususnya di Indonesia. Oleh karena itu, di penghujung tahun 2021 ini, diharapkan dunia pendidikan khusus untuk umat Kristiani menjadi berkesinambungan dan berkembang di tengah pandemi yang masih melanda negeri kita.

Prof. Dr. Hoga Saragih, ST., MT., salah seorang Dosen dan Kepala Bidang Ilmu Informatika Universitas Bakrie, Jakarta.

Hal itulah yang disampaikan oleh Prof. Dr. Hoga Saragih, ST., MT., salah seorang Dosen dan Kepala Bidang Ilmu Informatika Universitas Bakrie, Jakarta. Melalui pesan singkat WhatsApp, Jumat (24/12/2021), memberikan pandangan mengenai dunia Pendidikan dan Kekristenan di Indonesia sepanjang 2021 dan juga harapan di tahun 2022 ke depan. Berikut wawancara berikut ini :

Bagaimana menurut bapak mengenai dunia pendidikan dan kehidupan beribadah umat Kristen selama tahun 2021,apakah kebebasan dalam berpendidikan dan beribadah dan beraktifitas sudah bebas?


Kebebasan Dunia Pendidikan sudah berubah semenjak pandemic covid 19, apakah semua kehidupan bebas di masukan ke dalam lensa, mengapa semua kebebasan dunia Pendidikan dan ibadah bahkan rapatpun dan aktifitas kerjapun sudah dimasukan kedalam kaca dan semuanya dimasukan kedalam lensa. Siapa saja bicara bebas sekarang Lewat kaca mengantikan tatap muka secara langsung yang sudah di gantikan dengan teknologi yang jauh bisa menjadi dekat, jauh dekat sudah bisa di solusikan dengan lensa dan kaca. Jarak tidak jadi masalah, manusia sudah di buat dalam bentuk informasi, dimana banyak kejadian dan kegiatan terekam dalam teknologi, budaya mulai bergeser, budaya Pendidikan yang bebas dimanakah ? budaya beribadah yang bebas kemanakah ? semuanya kebebasan informasi sekarang di batasi oleh lensan dan kaca. Keterbatasan kaca dan lensa inilah menjadikan informasi di masukan ke dalam sebuah wadah kaca yang di ikat dan di belenggu oleh Batasan Batasan kaca kaca dan lensa lensa melalui teknologi, tidak ada kebebasan waktu karena waktu online menjadi seakan-akan semuanya ada waktu, siang malam pagi petang harus selalu terkoneksi online, tidak ada batas tembok-tembok informasi sudah rubuh semuannya , semuanya sudah terbuka dan sudah bisa dilihat melalui kaca, lensa teknologi oleh karena ada kaca yang transparans dalam mengungkapkan informasi berita terbaru. Dalam dunia Pendidikan dalam tata cara ibadah semuanya terjadi perubahan kebebasan, terjadi pergeseran kebebasan, sehingga tidak bebas karena semua informasi dimasukan kedalam kaca dan lensa yang serba terbatas teknologinya.

Bagaimana untuk tahun ini, dimana ibadah tatap muka sudah mulai diadakan kembali dan juga dilakukan dengan online, juga sebagian aktifitas pendidikan sudah tatap muka, apakah sudah bisa meski belum full bebas dari pandemi?

Kemungkinannya ada 2 ibadah on line dan offline, bahkan bisa di padukan, Kemungkinannya ada 2 belajar on line dan offline, bahkan bisa di padukan, Kemungkinannya ada 2 kuliah on line dan offline, bahkan bisa di padukan, jadi tatap muka bisa dilakukan dengan tetap menjaga jarak san protocol Kesehatan, sebagian aktifitas pendidikan sudah tatap muka, tetapi sebagian aktifitas pendidikan masih online, ibadah online sudah biasa online bisa dilakukan meski belum full bebas off line jadi bisa gabungan keduanya. Untuk ibadah tatap muka sudah mulai diadakan kembali dan juga dilakukan dengan online dan bisa gabungan keduanya dengan cara online dan offline dilakukan secara Bersama sama

Bagaimana bapak menyingkapi mengenai toleransi beragama di Indonesia selama 2021,apakah sudah maksimal?

Selama 2021 toleransi agama belum maksimal, masih berbicara agama di tunggani oleh kepentingan politik, demikian juga politik menggunakan agama untuk nanti di pilpres 2024 yang semakin dekat. Jadi menurut saya toleransi beragama harus menjadi budaya, harus lahir dari batin dan bukan ikut ikutan, toleransi beragama harus di jalankan, toleransi beragama harus di tegakkan, toleransi beragama harus diwartakan sehingga semua orang di Indonesia bisa merasakan kedalamian, kereukunan dari Tindakan saling menghormati dan saling menghargai dalam menjalankan ibadahnya masing-masing, tolerasi beragama merupakan bagian dari iman, toleransi beragama dapat di wujudkan dengan melihat bhineka tunggal ika, berbeda beda tetapi satu jua,

Bagaimana menurut bapak melihat umat Kristen yang masih beribadah secara virtual/online dari rumah, apakah afektif dan sesuai dengan Alkitabiah?

Menurut saya roh itu adalah yang paling utama, Roh Kudus bisa bekerja melalui media apapun, termasuk media kaca dan media lensa. Untuk Beribadah secara virtual online dengan bisa melihat siapa yang hadir Ketika membuka camera video kemudian bisa dihitung jumlah berapa orang yang hadir ibadah jadi dengan menggunakan kaca atau lensa ibadah menjadi hanya melihat layar kaca dan mendengar speaker atau dari Hp atau laptop. beribadah secara virtual/online dari rumah belum afektif dan belum sesuai dengan zaman dahulu kala karena ibadah harusnya bisa orang bertamu muka dengan muka untuk saling menyapa, saling diskusi, saling cerita, saling memberi dan manusia saling membagi kepada sesame bahkan saling memperhatikan orang lain karena tujuan ibadah membangkitkan semangat orang lain karena tujuan ibadah saling mengasihi sesame dalam memberi perhatian. Ketika bertemu muka dengan muka maka terjadi saling mengasihi, saling memanusiakan manusia.

Bagaimana harapan bapak dalam perayaan Natal bagi umat Kristen tahun ini dan menjelang memasuki tahun yang baru 2022 ?

Perayaan natal sekarang berbeda dengan sebelumnya, perayaan natal on line dan offline dilakukan secara bersamaan, harapan saya natal bisa menjadi jawaban bagi banyak orang, natal melahirkan budaya baru yang memanusiakan manusia, natal seharusnya datang dan lahir untuk kita manusia sama seperti Kristus yang baru lahir. Natal adalah hadiah terindah bagi umat manusia karena seorang anak telah lahir untuk keselamatan umat manusia. Harapan saya semoga natal ini memberi kita kebaikan dan memberi kita motivasi baru dan harapan yang baru. Saya Prof. Dr Hoga Saragih mengucapkan selamat hari natal dan tahun baru. Bagi saya perjalanan hidup saya sebagai seorang Guru Besar dan seorang Profesor dengan nama Prof. Dr. Hoga Saragih, S.T., M.T. Dengan kemampuan saya , lalu berbekal doa, ketekunan dan kerja keras, harapan saya untuk saya berhasil mewujudkan cita-citanya sebagai dosen. “Selama masih hidup saya suka pekerjaan sebagai dosen. Dan jika Tuhan mengijinkan hal itu, saya ingin menghasilkan 10 orang profesor baru, 100 orang S3 doktor baru, 1.000 orang S2 magister baru dan 10.000 orang sarjana baru S1 baru. (JN).

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *