JAKARTA | JacindoNews – Beberapa kali Presiden Prabowo Subianto berkunjung ke kediaman mantan presiden Joko Widodo dan ruang publikpun heboh pro kontra dengan intensitas tudingan negatif “masih jadi bawahan” terasa lebih masif ditujukan kepada Presiden Prabowo, meskipun tanpa kata-kata tetapi beberapa langkah politik Prabowo tampaknya mulai mampu menghapus kesan keliru itu.

Dan kemarin, sabtu siang empat Oktober 2025, secara tertutup Jokowi mengunjungi Prabowo di kediaman Kertanegara dan publik pun mulai menerka-nerka ada urgensi apa kiranya yang membuat Jokowi menghampiri Prabowo secara tertutup dan langsung “menghilang” sesudahnya.

Dan pelacakan mediapun mulai mendapat signal praduga masalah yang disampaikan Jokowi terkait dengan dipanggilnya Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin dan terkhusus Mendikti Brian Yuliarto pasca pertemuan Jokowi dengan Presiden, dimana dugaan terhadap kedudukannya sebagai Penasehat di lembaran, Bloomberg mendapat celaan terkait isyu pendidikan formalnya atas ijazah palsu yang merebak sedemikian luasnya hingga ke luar negeri.

Sementara pemanggilan Menhan tampaknya lebih kepada persiapan HUT TNI yang dipusatkan di Monas, meskipun tidak tertutup kemungkinan masalah keamanan keluarganya yang dikeluhkan Jokowi mengingat semakin meluasnya antipati rakyat terhadap dirinya setelah selama 10 tahun memimpin dirasakan banyak kerusakan diberbagai strata kehidupan bernegara ini bahkan selepas purna tugasnya pun terkesan banyak perilaku yang tidak mencerminkan sikap seorang negarawan.

Jokowi diketahui dan dikenal publik baik kalangan akademik maupun intelektual aktivis dan profesional sebagai sosok yang tidak dapat dipercaya lagi dan sering dianggap bermain “drama” politik guna menunjang ambisi berkuasanya yang tak terlihat reda pasca selesai jabatannya.

Sehingga kedatangannya menemui Presiden Prabowo ditengarai memiliki misi tertentu dan tentu saja Probowo berusaha sebijak mungkin menerima permintaan Jokowi sepanjang tidak membuat gaduh pemerintahannya. Ini adalah harga mati pada sebuah pemerintahan dan Jokowi harus memahaminya, walaupun terbaik rumor Jokowi seakan tengah bersedih hati kepada Prabowo dengan situasi diri dan keluarganya yang tak reda di berbagai media sosial namun dalam konteks negatif sehingga spekulasi apakah Jokowi pada kesempatan itu membicarakan posisi Gibran atau tidak.

Adalah sangat memalukan bila urusan kepemimpinan Negara ini meski hanya sebagai wakil presiden tetapi orang tuanya harus menghampiri Presiden seakan menghadap kepala sekolah karena sang anak sebagai murid terus terkena “bullying” hampir disetiap kegiatannya. Ironi yang tak layak sama sekali.

Ditengah penataan ulang diberbagai sektor pemerintahan yang dilakukan Presiden Prabowo, sungguh sangat tidak layak kunjungan dua jam itu menjadi tabir misteri, harus ada keterbukaan informasi sehingga tidak muncul berbagai dugaan negatif “komunikasi” ketika Jokowi menghampiri Presiden Prabowo sehari sebelum lima Oktober hari TNI berdirgahayu ke 80 tahun. (**)

 

**Adian Radiatus

By Admin

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!