JAKARTA | Jacindonews – Dalam hitungan hari Indonesia akan merayakan hari jadinya yang ke 76 pada 17 Agustus 2021. Namun rakyat terasa seakan belum merdeka.
Fenomena ini dapat dirasakan hampir di sebagian besar rakyat Indonesia yang saat ini sedang mengalami berbagai kesulitan.
Mulai dari kesulitan ekonomi, darurat kesehatan hingga kesulitan mendapatkan keadilan.
Salah satu aktivis yang hingga saat ini masih tetap konsisten menyuarakan kebenaran, Jalih Pitoeng menyatakan dirinya siap memimpin revolusi jika semua institusi tak berfungsi.
“Insya Allah saya siap memimpin Revolusi jika terjadi disfungsi institusi” ungkap Jalih Pitoeng penuh semangat, Kamis (12/08/2021)
Menurut Aktivis kelahiran tanah betawi ini, revolusi dipastikan akan terjadi jika pemerintah abai menjalankan amanat undang-undang demi kepentingan rakyat.
“Kini rakyat semakin sengsara. Kehilangan pekerjaan, kehidupan semakin sulit, hukum serta keadilan menjadi makhluk langka bagi rakyat kecil, papa dan jelata” lanjut Jalih Pitoeng.
“Terlebih sejak pandemi Covid-19 dan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM yang unik dalam penerapannya” sambung Jalih Pitoeng menyesalkan.
“Ada apa dengan negeri ini” tanya Jalih Pitoeng.
“Orang mau ibadah koq dilarang. Masjid ditutup. Orang mau cari makan koq diacak acak. Jadi apa dong makna kemerdekaan ini” imbuh Jalih Pitoeng seraya bertanya.
“Jika mau dilakukan Lockdown, lakukanlah secara totalitas dengan segala konsekwensinya termasuk memberikan pelayanan kehidupan kepada rakyat dengan menggunakan anggaran negara secara akuntabel” pinta kktivis muslim betawi yang dikenal sangat kritis ini.
Ditanya, apa pendapatnya tentang PPKM, Jalih Pitoeng menjawab dengan penuh keyakinan.
“Ini adalah aturan yang tidak konsisten dan diskriminatif. Alih alih alasan menjaga kesehatan masyarakat justru menyengsarakat masyarakat” jawab Jalih Pitoeng.
“Anda bisa lihat sendiri bagaimana diskriminasi nya perlakukan terhadap pedangang kecil yang terjadi dimana-mana” Jalih Pitoeng mengingatkan.
“Barang dagangan mereka di acak-acak, tempat dagang mereka mereka disemprot air. Semua itu jadi mengingatkan kita pada jaman penjajahan Belanda dimana rakyat ditindas oleh penguasa. Oknum Satpol PP seakan seperti Kompeni Belanda” kenang Jalih Pitoeng menyesalkan.
“Sementara terhadap koruptor penjahat kemanusiaan sekaligus penghianat bangsa justru diperlakukan istimewa bahkan ada istilah discount masa hukuman” sesal Jalih Pitoeng
Ditanya tentang ditangkapnya beberapa mahasiswa yang ingin melakukan aksi unjuk rasa ke istana, aktivis betawi yang sempat menghuni penjara buatan colonial belanda di kota Tangerang ini justru menyalahkan pemerintah.
“Ini sebuah kesalahan besar bagi penguasa dalam hal ini pemerintah” jawabnya singkat.
“Negara tidak boleh tunduk dan kalah pada siapapun. Itu saya sangat setuju. Tapi pemerintah dalam hal ini rezim penguasa bisa saja salah. Maka saat ini kami mengugat Presiden dan DPR RI” lanjutnya menjelaskan.
“Menyampaikan pendapat dimuka umum, itu dijamin oleh negara dalam hal ini undang-undang. Bahkan Undang-Undang Dasar 1945” sambung Jalih Pitoeng menegaskan.
“Jadi jangan lah bodohi dan takut-takuti rakyat dan umat serta adik-adik mahasiswa dengan tindakan-tindakan yang intimidatif” lanjut Jalih Pitoeng.
“Negara ini dimerdekakan untuk mensejahteraan Rakyat bukan Konglomerat bahkan Penjahat dan Penghianat” Jalih Pitoeng menegaskan.
“Tidak satupun peraturan dan perundang-undangan yang melarang orang melakukan unjuk rasa” terang Jalih Pitoeng
“Dan jangan jadikan PPKM dan UU ITE sebagai senjata untuk melakukan sebuah Pembungkaman” pinta Jalih Pitoeng.
Didesak apa konsep revolusi yang dimaksud, Jalih Pitoeng yang diketahui sangat mencintai Habib Rizieq Syihab dan pencetus jargon perjuangan “Satukan Kekuatan dan Kuatkan Persatuan” ini spontan menjawab singkat dan tegas.
“Satukan Kekuatan dan Kuatkan Persatuan” jawabnya singkat.
“Untuk menghadapi sebuah kezholiman yang sistematis harus ada kesatuan yang kuat dan kekuatan yang bersatu. Maka untuk itu rakyat harus bersatu” pungkas Jalih Pitoeng (MJ).