JAKARTA, Jacindonews – Aliansi Selamatkan Indonesia (ASELI) gelar aksi 212 didepan gedung DPR MPR, Senin (21/02/2022).
Pimpinan Aksi Jalih Pitoeng menyampaikan dalam orasinya agar seluruh anak bangsa yang masih peduli terhadap bangsa untuk tetap terus menyuarakan kebenaran. Terutama kepada pemuda dan mahasiswa sebagai generasi emas penerus bangsa.
Jalih Pitoeng juga mengharapkan agar kaum milenial, pemuda dan mahasiswa bersatu padu bersama rakyat untuk memperjuangkan hak-hak rakyat selaku pemilik kedaulatan.
Aksi yang mengagendakan 3 tuntutan utama tersebut berlangsung tertib dan lancar dibawah pengamanan pihak kepolisian secara kondusif.
Aksi 212 di DPR MPR inipun membangkitkan ghiroh para kaum emak-emak dari berbagai daerah dan aliansi. Seperti emak-emak PERMINDO (Persatuan Emak-Emak Indonesia), Emak-Emak ASPIRASI, Mujahidah Istighosah, MMI (Mujahid dan Mujahidah Periangan) dari Jawa Barat, Garda Solidaritas serta dari berbagai komunitas dan elemen masyarakat dar berbagai daerah seperti Lampung, Banten, Jabodetabek, Bandung, Tasik, Garut serta Yogyakarta dan Malang.
Meski ada sedikit kericuhan saat pemasangan Baliho KM 50 digerbang DPR MPR, namun bisa ditenangkan sehingga aksi tetap berlangsung hingga massa aksi membubarkan diri dengan tertib.
Jalih Pitoeng selaku penggagas sekaligus koordinator aksi, terpaksa mengumandangkan Al-Qur’an guna memberi kesadaran kepada semua pihak. Baik pihak kepolisian maupun massa aksi yang sedang memanas.
“Hai orang-orang yang beriman. Jika kamu menolong agama Allah, maka Allah akan menolong mu dan meneguhkanmu” teriak Jalih Pitoeng dengan lantang.
“Aksi kami adalah aksi damai. Maka biarkanlah kami menyampaikan pendapat kami melalui aksi unjuk rasa ini” ungkap Jalih Pitoeng seraya berteriak usai membacakan petikan Al-Qur’an dari atas mobil komando, Senin (21/02/2022).
Selain menuntut DPR untuk mendesak KPK dalam pembrantasan korupsi, kolusi dan nepotisme, Aliansi Selamatkan Indonesia juga menolak dilakukannya pemindahan ibukota saat ini.
Menurut Jalih Pitoeng, belum tepat untuk dilakukan pemindahan ibukota saat negara sedang mengalami keterpurukan ekonomi, pengangguran yang meningkat serta kemiskinan yang menjulang serta krisis pandemi yang masih berlangsung merupakan alasan yang sangat rasional dan masuk akal.
“Rasionalitas apa yang digunakan jika saat ini dipaksakan pemindahan ibukota” Jalih Pitoeng melempar pertanyaan ditengah aksi 212.
Selain itu, Jalih Pitoeng juga meminta agar penegakan hukum terhadap berbagai pristiwa harus ditegakan secara transparan dan terang benderang.
Terutama tentang kasus pembunuhan 6 Laskar FPI pengawal Habib Rizieq Syihab di KM 50 pada 7 Desember 2020 lalu di Toll Cikampek serta pristiwa berdarah tragedi kemanusiaan pada 21-22 Mei sebagai residu pemilu yang nyaris dilupakan orang.
Masih menurut Jalih Pitoeng, bahwa kolonialisme, kapitalisme gaya baru telah melahirkan oligarki yang dapat merusak tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara. Melahirkan kesewenang-wenangan serta keserakahan dan kezholiman. Sehingga banyak kebijakan-kebijakan dan perundang-undangan yang tidak pro rakyat serta keluar dari arah perjuangan bangsa menuju masyarakat yang adil dan makmur.
“Hari ini kita sedang mengalami ‘Disorientasi Proklamasi’. Dimana tujuan dan cita-cita proklamasi adalah melindungi dan mensejahteraakan rakyat. Bukan sebaliknya, menakut-nakuti dan mengintimidasi serta menyengsarakan rakyat” kata Jalih Pitoeng dalam orasi pembukanya.
“Kemudian, kita juga sedang mengalami ‘Disfungsi Parlemen’. Lembaga legislatif, anggota DPR selaku wakil-wakil rakyat yang seharus membela kepentingan rakyat, justru membela kepentingan partai yang berkoalisi dengan pemerintahan Jokowi” sambung Jalih Pitoeng.
“Yang seharusnya DPR menjadi lembaga kontrol, justru faktanya menjadi lembaga katrol. Sehingga banyak kebijakan dan produk undang-undang yang diterbitkan malam hari dan dilahir caesar serta tidak pro rakyat” sesal Jalih Pitoeng.
Kepada TNI dan POLRI, aktivis yang dikenal kritis inipun meminta agar kembali bersama rakyat untuk menjaga dan melindungi NKRI.
“Negara tidak boleh kalah dengan siapapun dan oleh apapun. Namun harus diingat hahwa pemerintah bisa salah” kata Jalih Pitoeng dalam orasinya.
“Jokowi, hari ini, besok atau lusa bisa jatuh atau tumbang. Tapi TNI dan POLRI harus tetap bersama rakyat untuk menjaga Ibu Pertiwi” Pungkas Jalih Pitoeng. (LI)